Rumah oh rumah
![]() |
Taken from Instagram |
Malam takbiran
Idul Adha lalu saya berdiskusi dengan salah satu teman yang pernah bekerja di
bank swasta selama 9 tahun sebagai teller. Menggelitik sekali topik kami, namun
benar adanya. Tulisan ini berupa opini dan bisa diberikan masukan atau gambaran
lain. yang ingin saya bahas adalah mengenai bagaimana mungkin pasangan muda
pekerja kantoran akan sanggup membeli rumah. Baiklah kita mulai pembahasannya. Berawal
dari pertanyaan seputar bagaimana kami bisa membeli rumah. Dari harga, lokasi
dan tak kalah penting adalah bank yang kami gunakan untuk membayar KPR.
Beruntung sekali dia sanggup membeli rumah dengan luas tanah sekitar 130 meter
di pusat kota administrasi dengan harga 750jt diluar surat-surat. Sangat
beruntung lagi karena dia hanya memerlukan tenggang waktu 5 tahun untuk
menyelesaikan tanggungan kreditnya. Loh kok bisa? Bisa lah….
Tanya
dong Dpnya berapa? Dia membayar DP sebesar 400jt say. Makanya sisanya gak
terlalu besar (besar jg sebenernya hehe). Minimal dia sudah melewati 50% lebih
dari harga rumah tersebut. Oya, kerja apa? Pasti bertanya-tanya. Seperti yang
saya bilang di awal, dulu pernah bekerja di bank. Sekarang ibu rumah tangga
yang mengurus kedua anaknya. Nah pasti langsung bertanya, suaminya? Nah ini dia
say yang menarik. Dari penuturan dia langsung “Kalau suami gak punya usaha, gak mungkin kebeli ini
rumah. Apalagi kalau dua-duanya pekerja kantoran kayak aku dulu. Kasihan lagi
kalau laki-laki sebagai tulang punggung keluarga. Tau itu gimana ya….?”
Kenapa
bisa terucap perkataan demikian? Bukan merendahkan atau apa, dia sudah
merasakan selama 9 tahun bekerja dan hasilpun tidak nampak signifikan. “kerja
kami sebenernya kayak kuli, cuman bedanya rapi dan ditempat ber-AC. Gak ada waktu untuk
bercanda-canda. Kerja, kerja, kerja.” Uh…ironis sekali ya….namun kalau sampai
ada pernyataan seperti itu, kita tunjukkan fakta saja yuk. Tukang di daerah
kami paling sedikit 150ribu perhari. Kalikan saja 30 hari, mereka sudah
mengantongi 4,5jt perbulan. Ngiri? Apalagi tukang yang kerjanya dirasa bagus
dan sudah dikenal dimana-mana. Bisa minta 200rbu-250 perhari. Dikali 30hari setara dengan gaji para karyawan perbulan, dia bisa kipas-kipas 7,5jt perbulan.
Lah? Gedean gaji dia daripada kita yang tadi katanya diruang AC.
Krik-krik…beruntunglah bapak tukang yang baik, kalian sangat dihargai. Ya sudah
lah ya…itu rejeki bapak-bapak. Sementara tadi yang berdasi paling besar juga 5jtan. Kita ngomongin petugas operasional ya say, karena kalau marketing atau pekerja yang waktunya tidak terikat bisa mencari tambahan diluar.
Balik
lagi ke isu utama. Lalu kalau mau beli rumah disini (Tangsel) dengan
penghasilan 4jtan suami dan istri lalu digabung hanya 8jt. Sementara pagu
kredit terbesar adalah 40% dari total penghasilan. Kamu bisa beli rumah hanya
dengan cicilan 3jtan perbulan selama 20 tahun itupun dapatnya rumah
sangat sederhana. Belum DP yang harus dikumpulkan selama beberapa waktu dan
biaya surat-surat yang tidak sedikit. Itu toh kalau yang bekerja 2 orang. Kalau
hanya suami? Masih jauh rumah idaman dipelupuk mata. Bisa saja kita beli kalau
memang sudah memiliki tabungan sebelumnya. Namun itu paling hanya segelintir orang yang bisa, karena pasti gaji sudah habis untuk biaya hidup.
Jadi
masih mau hanya jadi karyawan? Mulai saja say usaha apa terserah. Toh berdagang
mengikuti anjuran rosullullah. Lagipula ada hadist yang mengatakan.“Sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada dalam perdagangan.”
https://www.youtube.com/watch?v=3sHNXNVlh1I
https://www.youtube.com/watch?v=3sHNXNVlh1I
Masih mau menggantungkan pendapatan hanya dari
tempat kamu bekerja sekarang? Tak usah lah ya…Jadi muslim yang kaya sehingga bisa
membantu saudara-saudaranya, syukur-syukur bisa menyelamatkan Palestina,
aamiin.
Comments
Post a Comment