Hablumminannas
Hello, udah lama banget gak nulis
sesuatu. Baiklah…
Persiapan pemberangkatan |
Bagi yang
sudah saya ceritakan secara langsung mah, ya maaf saya ulang lagi disini. hehe..
Jadi ceritanya
kemaren saya dan murid-murid tercinta
sedang mengikuti fieldtrip yang diadakan oleh sekolah. saya lagi dipercayakan
untuk menjadi penanggung jawabnya. Persiapan kita lakukan dari bulan september
tanggal 24. Inget banget ya? Iya lah, orang saya abis kesusahan. Yaitu
kehilangan ayah tercinta.
Singkat cerita
kami panitia mengurus segala persiapan untuk kegiatan ini. Ini itu sudah kami
urus. Dari menentukan tempat kunjungan, bus apa dan mau makan apa. Semua tidak
mulus seperti yang teman-teman bayangkan. Ada konfirmasi kunjungan tidak bisa
dilakukan tanggal sekianlah, ada konfirmasi bahwa bus sudah full tanggal
segitulah, sampai beberapa pemangkasan dana yang kami ajukan.
Well apalah itu
terserah, yang penting alhamdulillah anggota tim panitia kompak dan
bekerjasama. Untuk itu saya sangat bersyukur. Oke yuk pindah ke isu yang ingin
saya sampaikan. Yaitu mengenai tata cara bersosialisasi. Hal ini konteksnya
dunia profesional dan pertemanan. Yuk cuz….
Pagi ini kami rapat evaluasi kegiatan kemarin. Dari anak-anak sendiri terlontar bahwa ada 5 poin positif yang bisa kami banggakan. Yaitu siswa/i ontime, aktif, rasa ingin tahunya tinggi, tertib, dan kompak. Namun disini saya bukan membangga-banggakan itu, justru ingin mengambil pelajaran yang kami alami. yaitu....
Betapapun kamu
hebat dimata kamu sendiri, kamu bakal tau bahwa ternyata kita hanya dilihat
sebelah mata. “Sakit hati” adalah ungkapan yang pas untuk moment ini.
Kamis jam 07.40
kami sampai disalah satu lembaga peradilan di Indonesia di Jakarta Pusat,
Letaknya di Merdeka Barat. Kami memilih tempat ini karena yang pertama ada
tujuan target pembelajaran yang sesuai. Dan yang kedua, testimonial teman-teman
dari sekolah kami mengatakan bahwa tempat ini recommemnded banget. Mereka
bilang bahwa orangnya ramah, makanan enak dan juga nguwongke banget kalau orang
jawa bilang.
MAAF! Saya tidak
sependapat.
Sedari awal kami
ngemper dari jam 7.40. memang benar kunjungan kami diterima jam 09.00 wib.
Namun kami sempat diPHPin karena beberapa dari security bilang kami akan
disediakan tempat untuk menunggu.
Bukan tempat
untuk menunggu yang kami dapat, hanya sinar matahari yang semakin menyengat
yang kami rasakan. Untung anak-anak pandai mencari hiburan mereka sendiri. Ada
yng berselfi, wefi dan adapula yang berlari kesana sini. Yang makan dikantin?
Ada juga. Yang paling menghibur saya adalah anak-anak bermain dari gas buangan
AC. Mereka menerbangkan sepatunya melalui angin dari lobang buangan tersebut.
Merekapun bilang tim protokol akan menjemput, namun tak satupun yang kami
temui. Satpam, satpam dan satpam lagi.
Jam 09.00 kami
dipersilahkan masuk, sudah senang karena memang sudah waktunya. Namun bukan
kebahagian yang saya dapat.
“Ayo langsung
naik ke lantai 4” security guy sambil menunjuk ke arah tangga. Anak-anakpun
bengong dan bertanya.”lewat tangga pak?” diapun kembali menjawab”Iya lewat
tangga!”
sudah kudengar
nada yang kurang bersahabat. Barisan kami semakin membludak. Siswa 115 memasuki
ruangan lobi terlihat sesak. Akhirnya sambil berat hati barisan pertama mulai
menaiki anak tangga.
Sambil membuang
muka, satpam tadi sambil berkata “Dasar generasi micin, disuruh naik tangga ke
lantai 4 aja gak mau!” perkataan tersebut kemudian disambut dengan jawaban
ketus dari salah satu wanita disana. Berbadan gemuk berbaju biru muda dan
berambut pendek”Iya dasar!”.
Sontak saya
hilang akal. Harus membela anak saya atau bapak tersebut. Disatu pihak anak
kami salah, dilain pihak bapak tersebut tidak berhak mengucapkan kata tersebut
apalagi didepan saya selaku gurunya.
Kami sudah
dilantai 4, siberi materi yang sangat baik oleh bapak wakil ketua lembaga
tersebut. Ya tetap saja saya masih bengong. Sakit hati, apalagi masih dalam
keadaan haid. Fiuh, istighfar terus jadinya.
Waktu makan sudah
tiba, kami memutuskan makan siang terlebih dahulu, baru sholat dzuhur. Beberapa
petugas security bilang kami bisa memakai ruang delegasi. Namun ketika kami
sudah memasukinya, salah satu petugas kebersihan bilang kami harus keluar.
“kenapa pak?” langsung pertanyaan spontanitas keluar dari mulut saya. “karena
ruanganya mau dipakai bu.” Oke sayapun paham”terus kami makan dimana pak?”
“Diluar bu di
tangga.” Dengan santainya dia bilang seperti itu. “Pak, diluar hujan, lagipula
dilihat dari luar jadi gak rapih kalau kita ngemper disitu.” Saya agak nyolot
dan kekeh supaya disediakan tempat. Akhirnya kami diberikan space didalam namun
seadannya. Sudah alhamdulillah kami terima.
Disini nih, yang katanya kita disuruh makan. ya kali.... |
Inikah yang
disebut-sebut nguwongke? Heleh, snack begitu juga biasa aja, temen-temen jg
kuat kok beli 100 porsi. Maaf kalau pedes, mau ngomong fakta aja…
Kami beranjak
dari lembaga negeri, pindah ke tempat pusat penjualan saham. Kalian tau lah
dimana…gak usah disebut.
Betapa cepat
ritme perkantoran di area urban ini. Sangat dinamis dan modern. Banyak café,
shopping mall, dan area golf juga. Kami sampai jam 13.30 disana. Anak-anak
sangat semangat dan berbinar-binar matanya. Mereka langsung mengikuti arahan
dari kami panitia dan security yang berada disana.
Kami
dipersilahkan masuk dengan beberapa prosedur keamanan. Scanning dan metal
detector. Oke kami masuk ke area museumnya. Kami menunggu sekitar 20 menit.
Beberapa pajangan dan informasi memang menarik, namun karen koleksi yang
terbatas, kami dapat menyelesaikan journey
kita hanya dalam 15 menit saja.
Pintu belakang
terbuka lebar, anak-anak mulai berlarian mencari space yang lebih luas. Kebetulah itu adalah aula. Mereka sangat excited. Saya pun senang mereka begitu.
Samar-samar saya
lihat ada perempuan berjilbab dari balik kaca. Saya bertanya apakah dia yang
bernama Ira. Sambil menunjuk-nunjuk kebawah dan setengah melotot dia
bilang”acaranya disini!” Hey mbak, situ yang telat ya...kita nungguin situ makanya anak-anak sudah mulai berimprovisasi.
Tim dan saya
mengarahkan anak-anak menuju kedalam museum lagi. Dengan ruangan yang sangat
terbatas kami dipersilahkan duduk lesehan. Baru kira-kira 2 baris masuk, saya
dipersilahkan kedepan” silahkan didepan sini bu guru.” Dengan polos saya maju
dan berada disampingnya. Namun tiba-tiba dia bilang”dibantu dipercepat bu
anak-anaknya, biar cepet selesai!” dengan nada setengah tinggi.
Deg!.....
Ini saya yang
sensi, atau daritadi saya ketemu orang-orang gak tau diri. Dalam hati
saya”maunya apa sih ni orang, tadi bilang saya didepan samping dia, sekarang
dia bilang saya agar mempercepat pergerakan siswa-siswanya!”
Saya sebagai
orang yang diminta bantuan, ya akhirnya lebih memilih mempercepat gerakan
siswa. “silahkan bu guru kesini”
Lah dia ngomong
gitu lagi, gak mbak….kali ini gue gak mau ketipu. Sana lo didepan sendiri aja….
Penjelasan sudah
selesai. Kami menuju mushola bagi siswi dan ke masjid bagi siswa. Nah ada lagi
nih…ulah orang…
Kami yang haid
menunggu didekat tangga lobi ada semacam air mamncur yang gak ada
cakep-cakepnya. Disitu ada semacam pinggiran yang bisa kami duduki. Ya karena
memang tidak ada tempat duduk ya kami duduk saja disitu. Dengan polosnya kami
ngobrol-ngobrol seperti tidak berdosa. Tia-tiba satpam menghampiri kami. “Bu
dilarang duduk disitu”
Set, kami
langsung berdiri dong…secara dilarang duduk disitu.
Saya buntuti
bapak satpam tadi. Dengan langkah terburu-buru dia meninggalkan kami. Saya positive thinking aja karena saya kira
mau dikasih tunjuk tempat duduk. “duduk dimana pak kami?”
Satpam tersebut
memasuki ruangan terbuka yang hanya pemilik kartu anggota yang bisa
memasukinya. Sementara kami hanya melihat dia dari kejauhan. Sambil saya tunjuk
orangnya”Pak, bapak itu. Kami duduk dimana?”
Langkah
terburu-burunya menuju kami. “disitu bu” sambil menunjuk cafè. “Heh pak, saya juga tau bisa duduk disitu. Ngelarang kok gak
ngasih solusi. Lagipula gak ada tulisannya dilarang duduk.” Dia malu lalu
berlalu.
Ya Allah salah
apa ya kami, ketemu ama orang-orang yang
gak tau tata krama. Pak, bu, lek, pakdhe, gan, nya,,,,kalian ini hanya
dititipi Allah lho….baru jabatan gak seberapa, baru kerjaan gaji gak seberapa.
Kok sombongnya nglebihin Raja terkaya didunia.
Kami gembel
banget apa yak? Gak juga, lebih bening anak-anak kami daripada situ. Kami gak
tau sopan santun? Kami diem aja…hikmah ya hikmah…
1.
Kalau sudah sanggup menerima tamu, terimalah
sebaik-baiknya. Pastikan tempatnya, urusan makannya, dan kesiapan penghuninya.
Kalau belum siap, jangan…kasihan tamu dari jauh-jauh dapetnya perlakuan tidak
baik.
2.
Kalau kerja ya kerja aja, gak usah ada
embel-embel sombong…apalagi baru jabatan segitu. Gimana Allah kasih lebih,
orang ama sesama aja begitu.
3.
Menilai orang jangan dari luarnya saja
ya,,,giliran ngemper kami disingkirin, giliran pada bawa Starbucks kami dibiarkan duduk. Ya ampyun,,,hanya gara-gara kopi Rp
45.000,- lo berubah persepsi tentang kami.
4.
Ajining diri saka lati, ajining raga saka
busana. Browsing sendiri ya…hehe..
Jadi teman-teman, siapapun dia, perlakukanlah dia sebagai
ciptaan Allah SWT. Wujudnya adalah, berakhlak yang baik terhadap sesama makhluk
Allah.
Salam manusia biasa,
Dian Mukti Primasari
Salam manusia biasa,
Dian Mukti Primasari
Comments
Post a Comment