Stay Alert

Stay Alert



Maaf ya kalau eike kebanyakan curhat, abis bener-bener terjadi.

Jadi sore tadi sampai di Tangerang Selatan agak telat yaitu sekitar jam 16.30 soalnya track kereta di Karawang sana sedang diperbaiki. Yg seharusnya kami sampai di Gambir jam 13.00, kami sampai jam 14.30.

Oke singkat cerita kami sampai dirumah. Ngadem, nonton TV, minum air dingin. Ngobrol-ngobrol ringan sekitar kejadian terkini dg mama, mengingat selama liburan di Semarang saya dan suami tidak menyaksikan tayangan Televisi.

Sekitar 1 jam kami ngobrol, ada orang diluar mengetok pintu dengan kerasnya. Saking kerasnya kami langsung berlari ke depan pintu. "Mami mami, rumah bu Alex kebakaran!!!" Teriak ex-PRT kami, Silvi. Dia lari tunggang langgang sambil memberi kabar seluruh warga.



Jambu yang indah dimata, tiba-tiba berubah menjadi hitam dimataku. Kepanikan melanda, semua warga berceceran lari keluar.

Spontan langsung aku bertanya, "mama, jauh apa deket dari sini?" Lutut mama bergetar, tdak sanggup menopang berat tubuhnya. Terduduk sambil membaca doa.

Ya Allah,,,

Hal pertama yg aku pikirkan adalah telepon pemadam kebakaran. Dan benar saja, aku gak punya nomornya. Sambil terpikir google, aku ketik"nomor pemadam kebakaran Tangsel" jariku gemetar, huruf yang ku ketik pudar, terkocar.

Dapatlah aku nomor dari hasil browsing. Entah berapa kali aku hubungin nomor tersebut. Yang jelas salurannya selalu sibuk.

Dalam kesibukanku aku melihat suami keluar membawa ember. Dia berjalan cepat menuju lokasi kebakaran.
Sambil berharap cemas aku tetap menelpon nomor yang sama, berharap ada yang menjawab. Warga sekitar sudah berumur. Ini adalah perumahan pensiunan, sementara yang terbakar adalah rumah berlantai 3. Bayangkan saja seumuran bapak atau kakek kalian memanjat rumah demi memadamkan api. Ya Allah,, aku mondar mandir didepan rumah sembari terus mencoba telp. Akhirnya terpikir olehku untuk memasukkan semua dokumen penting kedalam tas. Setelah itu aku kembali kedepan rumah mengawasi sekeliling rumah. Kulihat semakin banyak kerumunan yang tak ku kenal. Mata terbelalak tetap waspada.

Angin semakin kencang, asap membumbung tinggi, langitpun semakin gelap. Bukan karena mendung, itu karena asap.


"Astagfirullahaladzim..." hanya itu dan doa yang terucap. Terpikir untuk meminta doa kpda orang-orang yg aku sayangi. Dg lancar dan mudah mereka mendoakan kami. Terimakasih atas doa yang telah diberikan.

Sekitar 5 menit suami aku kembali, aku kira dia menyudahkan diri. Ternyata dia kembali kesana dg perlengkapan lebih. Dari sini aku hanya bisa mendoakan. Aku takut,,,,,

Kulihat banyak orang berkerumun, berteriak, dan menangis. Anak-anak menjerit..

Tetanggaku berlari dan bilang bahwa suamiku jatuh. Dalam benakku dia hanya "terjatuh". Berlari aku hampiri dia, robek pelipis kanannya. Memar lengan kiri atasnya. Dan luka dibagian lututnya. Aku bawa dia pulang, aku gandeng dia yg bilangnya tidak kesakitan.

Bukan dari mulutnya, kudengar cerita mereka. Dia terjatuh dari lantai 2 ketika sedang mencari pijakan.

Senyum nyengir saja aku, merasakan sakitnya. Setelah 10 menit, 5 mobil pemadam kebakaran datang. 30 menit mereka bertarung dg jilatan api. Gagah berani dan sopan. Kami bangga melihatnya. Setelah dirasa api jinak, mereka menunggu sambil menyeduh kopi sekitar 30menit. Penantianpun selesai, semua kembali aman terkendali.

2 rumah terbakar, semua kembali normal. Alhamdulillah. Terimakasih warga Bukit Indah, terimakasih Damkar, dan terimakasih suamiku.

Demikian curhatan malam hari ini. Sebetulnya ada poin-poin yg bisa diambil dari ceritaku td.
1. Menjadi warga yg waspada seperti mbak Silvi dg cara woro-woro warga sekitar bahwa ada bencana.
2. Menjadi tetangga yang sigap membantu seperti bapak-bapak yang walaupun sudah pensiun tetapi masih memanjat genteng demi menolong tetangganya.
3. Rela berkorban dan tidak pamrih, seperti itu yg babak belur.
4. Waspada selalu dan berjaga-jaga, karena pasti ada orang mencari kesempatan dalam kesempitan.
5. Selamatkan dokumen-dokumen penting seperti; Ijazah, sertifikat rumah, BPKB atau yg lainnya yg kamu anggap penting.
6. Yang paling utama adalah selalu berdoa dan pasrah, semoga Allah menjauhkan kita dari marabahaya, amiiiiin...

Semoga bermanfaat, terimakasih sudah membaca.

Tangsel, 4 Juli 2017

Pimawola

Comments

Popular Posts