Sahabat Expatku, sahabat hebatku
Tangsel, 21 Mei 2017
Semalam aku putuskan untuk tidak menangis. Jam 21.00 sampailah
kami (suami dan aku) di kediaman teman disebuah apartement daerah Rasuna Said
Jakarta. Kami menunggu di lobby sekitar 10 menit untuk bisa naik karena si empu
rumah sedang berada diperjalanan menuju pulang.
Ketika dia sampai kami langsung menuju unit yang ditempatinya. Tak
berapa lama setelah masuk ke tempatnya, kami melihat dia menyeret-nyeret koper
setinggi paha. Bukannya aku tidak tahu, sudah...hanya saja gak terasa secepat
ini.
Memang bukan pertemuan yang terakhir, tapi akan lama sekali dia
kembali. Iya, ibu 2 anak ini terlalu meninggalkan banyak kenangan.
Kisah kami diawali dari tahun 2012. Saat itu aku yang datang dari
Semarang masih sangat awam dengan Jakarta. Keinginanku ingin memperluas
pergaulan dan memperlancar kemampuan berbicara dalam bahasa inggris membuatku
memutuskan untuk bergabung ke sebuah komunitas Expat yang tinggal di Indonesia.
Ingat sekali ketika aku ikut gathering yang pertama yang berada disebuah
restoran Jepang didaerah Senopati Jakarta. Entah resto itu masih ada atau
tidak, yang jelas disitulah kisahku dan keluarga Lydia dimulai.
Gathering pertama selasai jam 23.00. Aku kelimpungan mencari cara
pulang ke tempat aku bermukim yaitu di daerah Kalideres Jakarta Barat. Karena
pada jaman itu belum ada kendaraan berbasis online. Mencari angkutan umum sudah
tidak ada, Taxipun waktu itu sudah pada bertengger di club malam. Sungguh raut
mukaku terpancar kepanikan, dan yang bisa membaca adalah keluarga Lydia. Dia
datang bersama suami bernama James, dia warga negara Inggris dan bayi berusia
6bulannya bernama Jess. Bukan hanya membaca situasiku, tapi mereka menawarkan
kebaikan hatinya yaitu mempersilahkan aku ikut dengan mereka, paling tidak
sampai dimana mereka tinggal (Puri Jakarta Barat).
Benar saja aku bersama mereka. Aku kira aku akan diturunkan di
Puri, ternyata sungguh mereka tidak tanggung-tanggung dalam menolong.
Diantarlah aku sampai didepan pintu rumahku. Sungguh pertemuan pertama yang
membawa kesan baik.
Berawal dari situ kami memulai kebaikan dan juga persaudaraan.
Ditahun yang sama kami mulai menggiatkan charity untuk anak difable secara
mental dan fisik, kami jg mengadakan charity untuk anak penyandang kanker.
Tidak selesai disitu, beberapa dari komunitas masih aktif dalam mengajar anak2
jalanan. Yang jelas komunitas itu sangat bermanfaat.
Dari komunitas tersebutlah aku memiliki lebih banyak keluarga di
Jakarta. Beberapa dari kami terseleksi oleh alam. Ada yang sudah habis masa
kerja di Indonesia, ada yang harus kembali karena mengurus Visa, dan adapula
yang masih menetap disini tapi tidak ada kecocokan diantara kami.
Ya,,,,begitulah hidup...
Lydia dan keluarga adalah salah satu golongan habis masa kontrak
kerja di Indonesia. Mereka harus kembali ke negara suaminya berasal yaitu di
Manchester, Inggris. Sedih memang kehilangan sabahat yang sudah menjalani susah
senang, semua pasti ada hikmahnya. Yang membuat persahabatan kami terasa adalah
karena semua anggota keluarganya yaitu suami, Jess dan sekarang memiliki adek
cantik yang periang bernama Harryett, semuanya welcome dengan keluarga kecilku.
Sungguh pertemanan bisa dari mana saja, tapi pertemannan yang membawa perubahan
kearah yang lebih baik itu yang paling baik.
Kehijrahan kalian aku percaya untuk kehidupan yang lebih baik.
Sahabat baik akan selalu dihati. Wish you best luck!
We love you guys,
Prima & Firman
Comments
Post a Comment