Terhalang Restu

Terhalang Restu




Hari ini sudah 2th lebih 1 bulan aku menjadi seorang istri. Dikamar ukuran 5x6 ini, terdengar suara angin yg berhembus hari air purifier dan  air conditioner, Sejuk lagi nyaman. Didepan terpampang TV 36 inch lengkap beserta home teathernya. Aku terbaring di dipan jati dari Jepara yang dipahat sesuai pesanan yang diatasnya dipasang bed 2x2M dengan merek ternama setebal 30cm. Dipasang seprei katun yg lagi-lagi dipesan, kali ini dari kota asalku Semarang, serta dibalut bed cooler untuk menjaga kenyamanan aku dan suamiku. Diatasnya tergelar bed cover menyelimuti semua permukaanya agar kami tetap hangat dikala dingin. Warna semua lemari kami diserasikan dengan pintu-pintu dan kerei. Diatasku tergantung 3 lukisan dari Bali. Tergantung pula foto pernikahan. Lantai granit motif lurik menyelaraskan dan memperelok seisi ruangan kami. 3 langkahpun kami sudah bisa mandi, karena didalam dibangun pula kamar mandi lengkap dengan setnya. Biaya pembuatan ruang kami setara dg DP 10% rumah dg harga 700jt.
 
Itu adalah sekelumit bagian dari tempat yang aku tinggali. Betapa bersyukur dan senangnya dikelilingi orang-orang baik. Tak semua orang yang aku dengar baik hubungannya dg keluarga suami atau istrinya. Wallahi saya bersyukur..

Semua kenikmatan itu semu,,tatkala itu bukan 100% hasil jerih payahmu. 

Bukan ingin menunjukkan bahwa kami mampu berdiri tegak dihempas ombak. Kami hanya ingin menancapkan kaki dilahan yang akan kami garap sendiri. Memupuk dan menyirami adalah kewajiban kami. Panen adalah bonus. Tumbuh dan bersemi itulah hasil yang bisa kami raih. Biarkan kami berenang menjelajahi samudera yang sesungguhnya. Bukan di keramba yang memang sudah ada ikannya. Biarkan kami terbang di langit yang luas, bukan di kebun binatang tanpa pagar tapi masih kau sediakan makanan didalamnya.

Torehan ini jeritan hati seorang anak desa yang mandiri. Sudah 5 tahun aku meninggalkan keluarga kandungku sendiri demi membuat siapapun tak terbebani. Dzolim langkahku tanpa restumu. Relakan kami..maka Allah merestui.


Tangsel, 22 Juli 2017

Anakmu, Pimawola

Comments

Popular Posts