Torehan Guru Swasta

Bismillahirrohmanirrohim,

 
17 Agustusan 2017
Beberapa hari yang lalu tepatnya 16 Agustus 2017 aku lagi buka-buka FB. Gak sengaja ada share-an temen di wall. Yasudahlah iseng buka secara gambarnya orang pake seragam guru tp pegangnya uang 100rbu ama 50 rbu. Iseng buka profilnya, eh ternyata temen 1 Angkatan. Lanjut  Baca lah tulisannya secara lengkap dan gamblang. Luar biasa memang itu
 fakta yang terjadi dilapangan. Secara pribadi aku gak tau apa tuh yang namanya guru honorer. Setelah baca komen-komen yang sangat banyak dan beragam akhirnya aku ngerti. Pantesan ketika aku pulang kampung selalu ditanya.”Ngajar dimana?” Aku jawab “disekolah ini”.

“Oh guru honorer ya?” Senyum aja karena aku gak ngerti konsep guru honorer itu apa pada saat itu. Oke sekarang kita move on. Dari lulus kuliah sampe sekarang aku selalu bekerja di sekolah swasta. Beda lagi nih kasusnya. Kalau situ nerima 2 lembar, kami gak menerima selembarpun, karena di transfer yak.. 😊

Asrama ikhwan

Ok usut punya usut,,menjadi seorang guru bukanlah perkara mudah. Apalagi di sekolah yang dikenal bagus dan bereputasi. Apalagi sekolah kami boarding school. Kalau bahasa gampangnya
 mah pondok pesantren. Kalau kami sudah pondok+sekolah. Sudah targetnya agamanya tinggi, target akademiknya jg tinggi. Kami di harapkan bekerja selangit, mencurahkan perhatian ke siswa/i 1000% dan tentunya menjadi tauladan bagi mereka. Gabungan kurikukum 2013, CAMBRIDGE, serta kurikulum yang dibuat sekolah tidaklah hal instant yang kami bisa langsung terapkan. Percobaan, pelatihan, dan penerapan-penerapan yang diujicobakan. Hal ini sangat menguras tenaga dan pikiran. Kami setiap harinya berangkat jam 6.30( karena masuknya jam 6.45) dan pulang jam 15.45. Pada kenyataanya jam pulang adalah teori belaka karena siswa kami 24jam berada disekolah. Jadi, kapanpun kami diperlukan, kami harus siap. Bukan hanya diperlukan oleh siswa, ingat sekali tahun lalu kami dipanggil kembali ke sekolah jam 20.30 karena ada beberapa orang tua murid yang protes. Hal ini sudah menjadi makanan kami disini. Ekspektasi yang terlalu tinggi, secara tidak langsung membuat kami menjadi terikat dan berkomitmen keras untuk memenuhinya.
PDD: Professional Development day. bukan jam KBM


Lagi, menjadi seorang guru di kota besar juga tidaklah menjadi perkara mudah. Sudah tuntutan peran, kami jg dituntut untuk mengimbangi kebutuhan yang ada. Faktanya, Tangerang selatan terutama di BSD, hampir  semua harga-harga kebutuhan pokok sangatlah tinggi. Memang gaji kami berlembar-lembar. Tapi yang kami butuhkan juga lebih dari lembaran itu sendiri. Lalu bagaimana cara memenuhinya? Allah maha kaya. Dari jalan manapun kami bisa mendapatkanya.

Baik, sekitar seminggu yang lalu aku baru saja membentak salah satu muridku. Bukan untuk sok-sok’an, tapi untuk mengingatkan tutur katanya yang kurang sopan. Di jam pelajaranku dia dan teman-temannya sangat tidak suka dengan 1 peraturan yang baru saja ditetapkan oleh sekolah. Mereka teriak teriak menyuarakan ketidaksukaanya itu. Senyum kecillah yang merekah dari bibirku. Senyum itu sontak menjadi cemberut ketika kudengar

 “kami bayar disini!” Teriakan keras dari bangku ujung sebelah kiri. “Kami bayar mahal disini” masih dari sudut yang sama. Dan terakhir aku dengar ”DIA YANG GAJI JG KITA!”.

“BRAK!” Tanpa sadar kuhantamkan telapak tanganku keras ke permukaan meja.

 “Jangan bicara masalah uang disini!” Dengan frekuensi yang sama, aku lontarkan komentarku kepada semua. Bukan aku tidak tahu siapa yang teriak, aku hanya tidak ingin masalah ini menjadi personal. Kulanjutkan lagi komentarku “ kalau bicara uang, saya sudah keluar dari dulu. Kalau bicara uang, kamu kira cukup????!!!! Kamu bakal pingsan melihat slip gaji kami!”

“Bukan seperti yang dikepala kalian, kami digaji tinggi.”
Dengan nada turun aku mulai flashback.
“Masih ada diingatan saya. September tahun 2013, saya ingin resign dari sini. Kami guru baru dinyinyirin dan dijahilin oleh siswa. Jam mengajar kami sangat tinggi, tanggung jawab kami sangatlah banyak. Tapi kenapa sampai detik ini saya masih berdiri dihadapan kalian? Jawab!”

Si anak yang teriak tertunduk. Tak ada satupun yang menjawab.

” Karena saya cinta kalian, saya sayang kalian. Saya bangga menjadi bagian dari keberhasilan kalian”. Suasana semakin sunyi, kuteruskan kembali” bangga saya melihat kakak kelas kalian menjadi pilot, sekolah di luar negeri, menjadi calon dokter dan masih banyak yang lainnya. Sekali lagi saya bangga menjadi bagian dari masa depan kalian. JADI, JANGAN SEKALI-KALI KALIAN MENYEBUT UANG DISINI. Semua ini lebih dari itu”
Sempat aku menyerah pada kejahilan mereka. kini mereka semua membuat aku bangga
Siswa yang tadi teriak, menangis selama 2 jam mata pelajaran. Beberapa teman sudah mencoba membuatnya berhenti menangis, namun belum berhasil. Kudekati dia, kurangkul pundaknya. Aku coba bicara dari hari ke hati. Dia masih tak mau melihat wajahku. Selama 1 minggu dia mendiamkan aku. Namun alhamdulillah, beberapa hari yang lalu dia sudah menyapaku. Kini dia terlihat lebih menyayangiku.

Itulah kenapa sampai sekarang aku masih menjadi seorang guru. Seorang guru sekolah swasta yang aku banggakan.

Puisi Bukan Impian

Guru
Bukan cita-citaku
Guru
Bukan Mauku
Guru
Bukan pekerjaan impianku
Guru
Akupun tak mau
Guru
Bukan pilihanku
Kini
Kau jadi pilihanku
Kau jadi pekerjaan terakhirku
Kau jadi kebanggaanku
Kau jadi pekerjaan impianku
Kau jadi ladang jihadku
Kau jadi penghantar surgaku
Amin
Ramadhan ceria: Khataman Al-Qur'an setiap pagi


Bagi guru yang sedang berjuang diluar sana, kita memiliki tantangan masing-masing yang sudah ditetapkan Allah. Ada yang dicoba dengan gaji, ada yg dicoba dengan siswa, orang tua murid, yayasan, managemen, pemerintah, dll. Yuk saling menguatkan dan saling memotivasi untuk mencerdaskan anak negeri. Terimakasih teman-teman, kita sudah berada di profesi yang tepat! Teruskanlah… ❤️❤️❤️

Tangerang Selatan, 19 Agustus 2017
Salam guru swasta,

Dian Mukti Primasari, S.Pd

Comments

Popular Posts